Rabu, 28 April 2010

pidato

Naskah Pidato

Pidato adalah sebuah kegiatan berbicara di depan umum atau berorasi untuk menyatakan pendapatnya, atau memberikan gambaran tentang suatu hal. Pidato biasanya dibawakan oleh seorang yang memberikan orasi-orasi, dan pernyataan tentang suatu hal/peristiwa yang penting dan patut diperbincangkan. Pidato adalah salah satu teori dari pelajaran bahasa indonesia dan bahasa inggris.
Pidato biasanya digunakan oleh seorang pemimpin untuk memimpin dan berorasi di depan banyak anak buahnya atau khalayak ramai.


Fungsi pidato

  • Mempermudah komunikasi antar atasan dan bawahan.
  • Mempermudah komunikasi antar sesama anggota organisasi.
  • Menciptakan suatu keadaan yang kondusif dimana hanya perlu 1 orang saja yang melakukan orasi/pidato tersebut.
  • mempermudah komunikasi.

Praktik pidato

Contoh pidato

  • Pidato kenegaraan
  • Pidato wisuda
  • Pidato kepemimpinan
  • Pidato keagamaan
  • Orasi


CONTOH:


BAHASA INGGRIS

Topic : Women’s Rights and Emancipation
Title : Kartini Day and Women’s Emancipation

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Honorable the headmaster of SD…
Honorable my teachers
Dear my friends…
First of all, let us praise to the Almighty Allah SWT, because of His Blessing we are
able to attend this English speech contest. Secondly, may peace be upon the prophet
Muhammad Saw who has guided us from the darkness into the brightness.
In this good opportunity, I would like to say many thanks to my teachers who have
given me chance to deliver an English speech in front of you all.

Brothers and Sisters…
On this occasion, I would like to deliver an English speech under the title: “Kartini Day
and Women’s Emancipation”.

We all know… every year, on 21st April (on the twenty first of April), Indonesian people
always celebrate Kartini Day. This celebration is to appreciate the contribution of R.A.
Kartini in improving the life of Indonesian women. Kartini Day also reminds us that
Indonesian women should get equality in education, achievement and social life. Kartini
has inspired us in supporting the wowen’s emancipation.

Brothers and Sisters…
In the past, Indonesian women had a very low social status. They could not attend
school to get education. Indonesian women were not able to reach good position in
social life. They did not have the same rights as men obtained.
This condition made R.A. Kartini concerned. She tried to change it. She wanted
Indonesian women to have higher education and better social status. Kartini expressed
her ideas and opinion in letters and then sent them to her close friend, Rosa

Abendanon. Kartini’s letters were mainly about her views on the condition of native
Indonesian women. Another way of Kartini’s struggle was she established free school
for women. She thought that to improve the women’s life, they might have a higher
education.

My teachers…
My friends…
The letters from RA Kartini to Rosa Abendanon were compiled and published into a
book entitled : “Door Duisternis tot Licht” or known as “Out of Dark Comes Light”. In
Indonesian, we call it as Habis Gelap Terbitlah Terang.
Kartini’s letters indicated that she struggled to change the low status of women. She
inspired Indonesian women to get education and a better life. In other words, she
supported women’s emancipation. That is why, to appreciate Kartini’s ideas for the
women’s movement, in 1964, President Sukarno declared Kartini's birth date, 21st
April, as 'Kartini Day' - an Indonesian National Holiday which we celebrate it each year
until now.

Brothers and Sisters…
We always celebrate Kartini Day every year. The question is, what should we do in
celebrating it?
In my opinion, celebrating Kartini Day does not only mean we must wear traditional
clothes. The most important thing is we are reminded about her struggle against
discrimination towards women. Kartini Day also means that we cannot take for granted
the idea of men and women equality. There are, however, natural differences between
women and men. Kartini’s ideas should become the inspiration for women to get equal
rights as men obtained, in education, achievement and social status.
Nowdays, we can find many successful women in our country. There are many
Indonesian women who have amazing achievements in the field of business,
economics, education, government officials, and other professions. We can also find
Indonesian women who have become regency chiefs, governors, ministers, even
president of Indonesia. It indicates that Indonesian women have reached better social
status and they have participated in women’s emancipation.

My teachers…
Brothers, Sisters and all the Audiences…
I think that’s all my speech. I hope it will be useful for us, and I apologize if there are
mistakes in my speech.

Finally, I would like to say: “Happy Kartini Day…! Long Live Indonesia, Long Live
Indonesian Women…!!”
Hopefully Indonesian women will always be successful in education, achievement and
social life.
Thank your very much for your attention.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


BAHASA INDONESIA

Topik : wanita terbaik dan emansipasi
Judul : hari Kartini dan emansipasi wanita

Yang terhormat Bapak/Ibu Guruku
Teman-temanku…
Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah Yang Maha Agung,
karena atas ridha-Nya kita bisa menghadiri lomba pidato Bahasa Inggris ini. Kedua,
semoga shalawat tercurah pada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita
dari kegelapan menuju kecerahan.

Pada kesempatan yang bagus ini, saya ingin mengucapkan banyak terima kasih
kepada guru-guru yang telah memberikan kesempatan pada saya untuk
menyampaikan pidato Bahasa Inggris di depan Anda semua.
Teman-teman…

Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan sebuah pidato Bahasa Inggris dengan
judul: “Hari Kartini dan Emansipasi Perempuan (Wanita)”
Kita semua tahu… setiap tahun, pada tanggal 21 April, rakyat Indonesia selalu
merayakan Hari Kartini. Perayaan ini untuk menghargai RA Kartini dalam memperbaiki
kehidupan perempuan Indonesia. Hari Kartini juga mengingatkan kita bahwa
perempuan Indonesia seharusnya mendapatkan persamaan dalam hal pendidikan,
prestasi dan kehidupan sosial. Kartini telah memberikan inspirasi pada kita dalam
mendorong emansipasi perempuan.

Teman-teman…
Pada masa lalu, perempuan Indonesia berada pada level status social yang sangat
rendah. Mereka tidak bisa bersekolah untuk mendapatkan pendidikan. Perempuan
Indonesia tidak dapat meraih posisi bagus dalam kehidupan sosial. Mereka tidak
memiliki hak yang sama dibandingkan dengan laki-laki.

Kondisi ini membuat RA Kartini prihatin. Dia berusaha mengubahnya. Dia ingin
perempuan Indonesia memperoleh pendidikan yang lebih tinggi dan status sosial yang
lebih baik. Kartini mengungkapkan ide dan pendapatnya ke dalam surat, dan kemudian
mengirimkannya ke teman dekatnya, Rosa Abendanon. Surat-surat Kartini intinya
adalah tentang pandangannya terhadap kondisi perempuan asli Indonesia. Cara lain
perjuangan Kartini adalah mendirikan sekolah gratis untuk perempuan Indonesia. Dia
berpendapat bahwa untuk memperbaiki kehidupan perempuan, mereka harus
mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi.

Bapak/Ibu guruku…
Teman-temanku…
Surat-surat dari RA Kartini kepada Rosa Abendanon kemudian dikumpulkan dan
diterbitkan ke dalam sebuah buku yang berjudul: “Door Duisternis tot Licht” atau yang

dikenal dengan nama “Out of Dark Comes Light”. Dalam Bahasa Indonesia, kita
menyebutnya sebagai: Habis Gelap Terbitlah Terang.
Surat-surat Kartini menandakan bahwa dia berjuang untuk mengubah rendahnya
status perempuan. Dia memberikan inspirasi kepada perempuan Indonesia untuk
mendapatkan pendidikan dan kehidupan yang lebih baik. Dengan kata lain, dia
mendorong emansipasi perempuan. Itulah sebabnya, untuk menghargai ide-ide Kartini
dalam pergerakan perempuan, pada tahun 1964, Presiden Soekarno menyatakan hari
lahirnya Kartini, 21 April, sebagai ‘Hari Kartini’, -- hari libur nasional, yang kita rayakan
setiap tahun sampai sekarang.

Teman-teman…
Kita selalu merayakan Hari Kartini setiap tahun. Pertanyaannya adalah apa yang
seharusnya kita lakukan ketika merayakannya?
Pendapat saya, merayakan Hari Kartini bukan hanya berarti kita harus memakai
pakaian tradisional. Hal yang paling penting adalah kita diingatkan tentan
perjuangannya melawan diskriminasi terhadap perempuan. Hari Kartini juga berarti kita
tidak boleh asal terima saja ide persamaan perempuan dan laki-laki. Bagaimanapun,
ada perbedaan alamiah antara perempuan dan laki-laki. Ide-ide Kartini seharusnya
menjadi inspirasi buat perempuan untuk mendapatkan kesamaan hak dalam
pendidikan, prestasi dan status sosial.

Dewasa ini, kita bisa menemukan banyak perempuan sukses di Negara kita. Banyak
perempuan Indonesia yang memperoleh prestasi mengagumkan di bidang bisnis,
ekonomi, pendidikan, instansi pemerintah dan profesi lainnya. Kita juga bisa
menemukan perempuan Indonesia yang telah menjadi bupati, gubernur, menteri,
bahkan jadi Presiden Indonesia. Hal tersebut menandakan bahwa perempuan
Indonesia telah mencapai status social yang lebih baik dan mereka telah berpartisipasi
dalam emansipasi perempuan.

Bapak/Ibu Guruku…
Teman-teman dan semua yang hadir…
Demikianlah pidato saya. Saya berharap pidato saya tersebut berguna bagi kita, dan
saya memohon maaf jika ada kesalahan dalam pidato saya.
Akhirnya, saya ucapkan: “Selamat Hari Kartini…! Hidup Indonesia, Hidup Perempuan
Indonesia…!!”
Semoga perempuan Indonesia selalu sukses dalam pendidikan, prestasi dan
kehidupan sosial.

Pidato

Naskah Pidato

Pidato adalah sebuah kegiatan berbicara di depan umum atau berorasi untuk menyatakan pendapatnya, atau memberikan gambaran tentang suatu hal. Pidato biasanya dibawakan oleh seorang yang memberikan orasi-orasi, dan pernyataan tentang suatu hal/peristiwa yang penting dan patut diperbincangkan. Pidato adalah salah satu teori dari pelajaran bahasa indonesia dan bahasa inggris.
Pidato biasanya digunakan oleh seorang pemimpin untuk memimpin dan berorasi di depan banyak anak buahnya atau khalayak ramai.


Fungsi pidato

  • Mempermudah komunikasi antar atasan dan bawahan.
  • Mempermudah komunikasi antar sesama anggota organisasi.
  • Menciptakan suatu keadaan yang kondusif dimana hanya perlu 1 orang saja yang melakukan orasi/pidato tersebut.
  • mempermudah komunikasi.

Praktik pidato

Contoh pidato

  • Pidato kenegaraan
  • Pidato wisuda
  • Pidato kepemimpinan
  • Pidato keagamaan
  • Orasi


CONTOH:


BAHASA INGGRIS

Topic : Women’s Rights and Emancipation
Title : Kartini Day and Women’s Emancipation

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Honorable the headmaster of SD…
Honorable my teachers
Dear my friends…
First of all, let us praise to the Almighty Allah SWT, because of His Blessing we are
able to attend this English speech contest. Secondly, may peace be upon the prophet
Muhammad Saw who has guided us from the darkness into the brightness.
In this good opportunity, I would like to say many thanks to my teachers who have
given me chance to deliver an English speech in front of you all.

Brothers and Sisters…
On this occasion, I would like to deliver an English speech under the title: “Kartini Day
and Women’s Emancipation”.

We all know… every year, on 21st April (on the twenty first of April), Indonesian people
always celebrate Kartini Day. This celebration is to appreciate the contribution of R.A.
Kartini in improving the life of Indonesian women. Kartini Day also reminds us that
Indonesian women should get equality in education, achievement and social life. Kartini
has inspired us in supporting the wowen’s emancipation.

Brothers and Sisters…
In the past, Indonesian women had a very low social status. They could not attend
school to get education. Indonesian women were not able to reach good position in
social life. They did not have the same rights as men obtained.
This condition made R.A. Kartini concerned. She tried to change it. She wanted
Indonesian women to have higher education and better social status. Kartini expressed
her ideas and opinion in letters and then sent them to her close friend, Rosa

Abendanon. Kartini’s letters were mainly about her views on the condition of native
Indonesian women. Another way of Kartini’s struggle was she established free school
for women. She thought that to improve the women’s life, they might have a higher
education.

My teachers…
My friends…
The letters from RA Kartini to Rosa Abendanon were compiled and published into a
book entitled : “Door Duisternis tot Licht” or known as “Out of Dark Comes Light”. In
Indonesian, we call it as Habis Gelap Terbitlah Terang.
Kartini’s letters indicated that she struggled to change the low status of women. She
inspired Indonesian women to get education and a better life. In other words, she
supported women’s emancipation. That is why, to appreciate Kartini’s ideas for the
women’s movement, in 1964, President Sukarno declared Kartini's birth date, 21st
April, as 'Kartini Day' - an Indonesian National Holiday which we celebrate it each year
until now.

Brothers and Sisters…
We always celebrate Kartini Day every year. The question is, what should we do in
celebrating it?
In my opinion, celebrating Kartini Day does not only mean we must wear traditional
clothes. The most important thing is we are reminded about her struggle against
discrimination towards women. Kartini Day also means that we cannot take for granted
the idea of men and women equality. There are, however, natural differences between
women and men. Kartini’s ideas should become the inspiration for women to get equal
rights as men obtained, in education, achievement and social status.
Nowdays, we can find many successful women in our country. There are many
Indonesian women who have amazing achievements in the field of business,
economics, education, government officials, and other professions. We can also find
Indonesian women who have become regency chiefs, governors, ministers, even
president of Indonesia. It indicates that Indonesian women have reached better social
status and they have participated in women’s emancipation.

My teachers…
Brothers, Sisters and all the Audiences…
I think that’s all my speech. I hope it will be useful for us, and I apologize if there are
mistakes in my speech.

Finally, I would like to say: “Happy Kartini Day…! Long Live Indonesia, Long Live
Indonesian Women…!!”
Hopefully Indonesian women will always be successful in education, achievement and
social life.
Thank your very much for your attention.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


BAHASA INDONESIA

Topik : wanita terbaik dan emansipasi
Judul : hari Kartini dan emansipasi wanita

Yang terhormat Bapak/Ibu Guruku
Teman-temanku…
Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah Yang Maha Agung,
karena atas ridha-Nya kita bisa menghadiri lomba pidato Bahasa Inggris ini. Kedua,
semoga shalawat tercurah pada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita
dari kegelapan menuju kecerahan.

Pada kesempatan yang bagus ini, saya ingin mengucapkan banyak terima kasih
kepada guru-guru yang telah memberikan kesempatan pada saya untuk
menyampaikan pidato Bahasa Inggris di depan Anda semua.
Teman-teman…

Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan sebuah pidato Bahasa Inggris dengan
judul: “Hari Kartini dan Emansipasi Perempuan (Wanita)”
Kita semua tahu… setiap tahun, pada tanggal 21 April, rakyat Indonesia selalu
merayakan Hari Kartini. Perayaan ini untuk menghargai RA Kartini dalam memperbaiki
kehidupan perempuan Indonesia. Hari Kartini juga mengingatkan kita bahwa
perempuan Indonesia seharusnya mendapatkan persamaan dalam hal pendidikan,
prestasi dan kehidupan sosial. Kartini telah memberikan inspirasi pada kita dalam
mendorong emansipasi perempuan.

Teman-teman…
Pada masa lalu, perempuan Indonesia berada pada level status social yang sangat
rendah. Mereka tidak bisa bersekolah untuk mendapatkan pendidikan. Perempuan
Indonesia tidak dapat meraih posisi bagus dalam kehidupan sosial. Mereka tidak
memiliki hak yang sama dibandingkan dengan laki-laki.

Kondisi ini membuat RA Kartini prihatin. Dia berusaha mengubahnya. Dia ingin
perempuan Indonesia memperoleh pendidikan yang lebih tinggi dan status sosial yang
lebih baik. Kartini mengungkapkan ide dan pendapatnya ke dalam surat, dan kemudian
mengirimkannya ke teman dekatnya, Rosa Abendanon. Surat-surat Kartini intinya
adalah tentang pandangannya terhadap kondisi perempuan asli Indonesia. Cara lain
perjuangan Kartini adalah mendirikan sekolah gratis untuk perempuan Indonesia. Dia
berpendapat bahwa untuk memperbaiki kehidupan perempuan, mereka harus
mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi.

Bapak/Ibu guruku…
Teman-temanku…
Surat-surat dari RA Kartini kepada Rosa Abendanon kemudian dikumpulkan dan
diterbitkan ke dalam sebuah buku yang berjudul: “Door Duisternis tot Licht” atau yang

dikenal dengan nama “Out of Dark Comes Light”. Dalam Bahasa Indonesia, kita
menyebutnya sebagai: Habis Gelap Terbitlah Terang.
Surat-surat Kartini menandakan bahwa dia berjuang untuk mengubah rendahnya
status perempuan. Dia memberikan inspirasi kepada perempuan Indonesia untuk
mendapatkan pendidikan dan kehidupan yang lebih baik. Dengan kata lain, dia
mendorong emansipasi perempuan. Itulah sebabnya, untuk menghargai ide-ide Kartini
dalam pergerakan perempuan, pada tahun 1964, Presiden Soekarno menyatakan hari
lahirnya Kartini, 21 April, sebagai ‘Hari Kartini’, -- hari libur nasional, yang kita rayakan
setiap tahun sampai sekarang.

Teman-teman…
Kita selalu merayakan Hari Kartini setiap tahun. Pertanyaannya adalah apa yang
seharusnya kita lakukan ketika merayakannya?
Pendapat saya, merayakan Hari Kartini bukan hanya berarti kita harus memakai
pakaian tradisional. Hal yang paling penting adalah kita diingatkan tentan
perjuangannya melawan diskriminasi terhadap perempuan. Hari Kartini juga berarti kita
tidak boleh asal terima saja ide persamaan perempuan dan laki-laki. Bagaimanapun,
ada perbedaan alamiah antara perempuan dan laki-laki. Ide-ide Kartini seharusnya
menjadi inspirasi buat perempuan untuk mendapatkan kesamaan hak dalam
pendidikan, prestasi dan status sosial.

Dewasa ini, kita bisa menemukan banyak perempuan sukses di Negara kita. Banyak
perempuan Indonesia yang memperoleh prestasi mengagumkan di bidang bisnis,
ekonomi, pendidikan, instansi pemerintah dan profesi lainnya. Kita juga bisa
menemukan perempuan Indonesia yang telah menjadi bupati, gubernur, menteri,
bahkan jadi Presiden Indonesia. Hal tersebut menandakan bahwa perempuan
Indonesia telah mencapai status social yang lebih baik dan mereka telah berpartisipasi
dalam emansipasi perempuan.

Bapak/Ibu Guruku…
Teman-teman dan semua yang hadir…
Demikianlah pidato saya. Saya berharap pidato saya tersebut berguna bagi kita, dan
saya memohon maaf jika ada kesalahan dalam pidato saya.
Akhirnya, saya ucapkan: “Selamat Hari Kartini…! Hidup Indonesia, Hidup Perempuan
Indonesia…!!”
Semoga perempuan Indonesia selalu sukses dalam pendidikan, prestasi dan
kehidupan sosial.

Terima kasih banyak atas perhatiannya.

Selasa, 13 Oktober 2009

Resensi Buku Baru | Suka Duka Fatmawati Sukarno

October 11th, 2009

Buku Fatmawati SukarnoJudul: Suka Duka Fatmawati Sukarno
Penulis: Kadjat Adra’i
Penerbit: Yayasan Bung Karno
Tebal: 312 Halaman
Terbit: 2008

Jejak-Jejak Fatmawati Sukarno

PUNCAK dari keluhuran ilmu pengetahuan adalah terwujudnya sikap toleransi. Bukan ditandai dengan lahirnya sebuah pemikiran brilian atau mahakarya yang sempurna. Karena dalam sikap toleransi, bukan sekadar terkandung kesediaan menerima perbedaan dengan lapang, juga melahirkan ketulusan untuk mengulurkan maaf atas kesalahan yang timbul akibat perbedaan.

Menapak-tilasi perjalanan hidup Fatmawati Sukarno –mendiang First Lady pertama Republik Indonesia- begitu kental sikap toleransi yang dimiliki. Sejak remaja, Tema –demikian Fatmawati dipanggil kedua orangtuanya Hasan Din dan Siti Hadjah- telah menunjukkan keluhuran budi pekertinya. Beliau tak merasa malu berjualan kacang rebus untuk membantu perekonomian orangtuanya yang hidup serba sederhana.

Bahkan ketika Bung Karno yang terpikat dengan kecantikan Teratai dari Bengkulu –julukan Fatmawati- hendak menyuntingnya, tak segera diterima karena mengetahui tokoh pergerakan nasional itu sudah beristri bernama Inggit Garnasih. Dia begitu menentang poligami meski mengetahui dalam Islam seorang lelaki diperbolehkan beristri lebih dari satu.

Kesetiaannya mendampingi Proklamator sekaligus Presiden Republik Indonesia pertama dan keluhuran budinya, mendapat ujian ketika Bung Karno menyatakan hendak menikah kembali. Meski hatinya menolak, Fatmawati yang baru saja melahirkan Guruh Sukarno Putra dengan berat hati mengizinkan Bung Karno menikahi Hartini.

Namun, beliau menunjukkan sikapnya yang konsisten menentang poligami dengan meninggalkan Istana dan kelima anak yang disayanginya. Cemburu dengan madunya, marah dengan sikap Bung Karno, sudah pasti, namun beliau tidak menyalahkan siapa-siapa. Karena dia tahu Hartini tak bisa disalahkan dan Bung Karno masih begitu dia cintai.

Itu sekelumit dari sikap luhur dan konsistensi sikap ibu Fatmawati yang direkam dalam buku Suka Duka Fatmawati Sukarno yang ditulis wartawan senior Kadjat Adra’i. Buku setebal 312 halaman yang diterbitkan Yayasan Bung Sukarno, secara detail menampilkan lebih dekat sosok Ibu Fatmawati.

Pelbagai hal tentang ibu Fat –panggilan untuk Ibu Fatmawati-, seperti kegemarannya memasak, kecintaannya terhadap budaya nusantara, cara membesarkan kelima putranya, meredakan pertikaian lawan politik suaminya dengan bersilaturahmi, dan ketulusannya memaafkan Bung Karno yang melukai hatinya. Buku ini pun menyajikan kehidupan keluarga Bung Karno yang harmonis dan humanis.

Buku ini seperti kepingan yang melengkapi kehidupan dan sosok Bung Karno dari sisi paling humanis. Bahkan kejenakaan beliau bersama anggota keluarga dan kehidupan di Istana, termasuk berbagai isu spiritual yang melekat pada dirinya disajikan dengan cara yang menyegarkan.

Buku ini dalam porsi yang pas, menampilkan kelebihan dan kekurangan Bung Karno sebagai seorang ayah, lelaki, dan pemimpin. Sikap toleransi Bung Karno pun tercermin dari penghargaan istri beliau yang luhur dan halus. Mau bersikap berbeda, namun bersedia memaafkan tanpa memudarkan sedikitpun rasa cintanya. Seperti dalam pesan yang tertulis ketika melepas jenazah Bung Karno dari Wisma Yaso,” Tjintamu menjiwa rakyat, Tjinta Fat.” (wasis wibowo)

Tags: , , , ,

Senin, 2009 Januari 05

Melihat Berbagai Dimensi Peristiwa dengan Humor


Judul: Presiden Guyonan
Penulis: Butet Kartaredjasa
Tebal: xxiv + 285 halaman
Penerbit: Kitab Sarimin, Yogyakarta,
Terbit: November 2008
Sebuah surat kabar memuat ratusan berita setiap harinya. Berbagai peristiwa dihadirkan ke hadapan pembaca.secara bertubui-tubi. Isu demi isu terus berganti setiap minggunya. Nyaris tidak ada isu yang dapat bertahan lama. Pembaca pun seperti mengalami amnesia isu.
Ini adalah konsekuensi dari media massa yang selalu mengutamakan aktualitas. Aktualitas dan kecepatan menyiarkan sebuah berita menjadi menjadi sebuah keharusan. Padahal kedalaman sebuah berita juga diperlukan agar dimensi-dimensi dari sebuah berita dapat ditangkap oleh pembaca.
Oleh sebab itu, harus ada sebuah cara agar isu-isu yang mengemuka di media masa tidak terlindas begitu saja oleh isu-isu lain yang terus menjejali ruang pikiran pembaca. Cara ini harus dapat mengajak pembaca untuk melihat dimensi-dimensi lain dari sebuah peristiwa, merenungkan, merefleksikan, dan bahkan menginterpretasikannya
Untuk itulah sebuah kolom hadir di surat kabar. Kolom tidak hadir dengan perhitungan kecepatan dan aktualitas, meskipun persoalan yang dikemukakan dapat saja merupakan sesuatu yang aktual, tetapi selalu mengajak pembaca untuk sejenak melongok peristiwa tersebut dan memberikan diri untuk merenungkannya.
Tentu saja, untuk mencapai hal ini kolom harus hadir dengan format dan caranya yang berbeda dan khas. Di sinilah kepiawaian seorang penulis kolom dibutuhkan, dan Butet Kartaredjasa telah memilih caranya sendiri untuk mengajak pembaca melihat secara reflektif realitas yang ada di sekitarnya.
Untuk mengajak pembaca merenungkan persoalan atau fenomena yang terjadi dalam masyarakat, Butet menghadirkan tulisan-tulisan yang dapat mengundang pembaca tersenyum atau bahkan tertawa. Kolom-kolomnya tidak hadir dengan cara yang memberat karena ia tahu, apabila persoalan yang disampaikannya saja sudah berat, maka tidak perlu lagi memberikan beban kepada pembaca dengan menghadirkan tulisan-tulisan yang sulit diicerna. Di sinilah letak salah satu kekuatan kolom-kolom ini.
Kelebihan lain kolom-kolom Butet yang pernah dimuat di harian Suara Merdeka di Semarang ini adalah hadirnya tokoh Mas Celathu bersama anggota keluarganya, yakni Mbakyu Celathu, istrinya, serta anak-anaknya. Lewat tokoh-tokoh inilah Butet menyajikan isu-isu penting yang mungkin terlupakan dalam dinamika kerja sebuah media.
Namun tokoh sentral Mas Celathu memang sangat dominan dalam kolom-kolom Butet ini. Lewat sosok inilah Butet menyampaikan buah pikirannya. Tokoh ini digambarkannya sering muncul dengan kegelisahan-kegelisahan, kegeraman-kegeraman, dan bahkan dengan kebingungan-kebingungannya sendiri, yang merupakan respon dari apa yang dilihat dan dicermati dari lingkungannya.
Mas Celtahu juga bukan hanya sosok sederhana yang terkadang terkesan selalu bebas berbicara, tukang njeplak, dan tajam dalam mengritik, tapi juga sering muncul dengan gagasan yang melawan mainstream. Sebut saja ketika ia bicara soal gay dan lesbian dalam kolomnya yang berjudul Psikopat Anyar. Dalam tulisan ini dikisahkan bagaimana Mas Celathu mencoba meluruskan anggapan umum masyarakat mengenai para gay dan lesbian yang terlanjur diberi cap negatif. Mas Celathu digambarkan mengajak masyarakat untuk menghargai keberadaan kelompok ini. Gay dan lesbian tidak selalu identik dengan pembunuhan kejam, mutilasi atau berbagai kejahatan lain. Justru mereka yang berprofesi mulia, dijangkiti sindrom psikopat.
Tidak hanya itu, Mas Celathu pun acap kali tergoda dan ”gatal” untuk memberikan komentar, tanggapan, pujian ataupun ejekan dari apa yang ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari. Ini sesuai dengan istilah celathu, yang dalam bahasa Jawa dapat berarti nyeletuk, menyahut, atau "menyambar" omongan orang lain. Alhasil, dengan cara yang jenaka, pentolan teater Gandrik ini, mengritik dan mengolok-olok berbagai kejadian atau keadaan yang menurutnya tidak tepat, melanggar aturan, ataupun keliru sama sekali.
Tetapi Butet tidak selalu memoisisikan Mas Celathu sebagai pengritik yang selalu bersih sehingga seakan-akan punya otoritas menunjuk kesalahan orang lain alias menghakimi. Di sisi lain justru ia menghadirkan Mas Celathu sebagai sosok yang manusiawi, yang sering khilaf, berbuat kekliruan, yang terkadang justru terjebak dalam kondisi atau persoalan yang sebelumnya sering ia kritik.
Simak saja di kolom berjudul Isteri Bernyali. Dalam kolom ini dikisahkan Mas Celathu tergoda untuk "berbisnis" di lokasi yang tertimpa bencana alam. Ia melihat di lokasi bencana alam inilah ia bisa meraup keuntungan dengan berdagang berbagai benda yang dibutuhkan oleh mereka yang tertimpa bencana alam. Namun ide tersebut dimentahkan begitu saja oleh sang istri. Sang istri menilai gagasan tersebut tidak etis karena mencari keuntungan di atas kesusahan orang lain. Diserang seperti itu, Mas Celathu pun mengkeret tak berkutik. Rupanya Mas Celathu yang doyan memarahi penguasa pun bisa tunduk terhadap istrinya.
Salah satu kelebihan kolom-kolom dalam Presiden Guyonan ini adalah bagaimana Butet memakai istilah-istilah dalam bahasa Jawa. Ini wajar saja, sebab kolom ini memang hadir di tengah-tengah masyarakat yang menggunakan bahasa Jawa. Tetapi toh persoalan yang disampaikan bukan persoalan primordial, tetapi persoalan yang lebih luas lagi spekttrumnya, persoalan. Penggunaan istilah dalam bahasa Jawa justru membuat kolom ini lebih hidup, lebih "berbumbu" sehingga unsur humor yang dibangun di dalamnya lebih kental. Mereka yang tidak terlalu paham bahasa Jawa dapat melihat arti atau makna dari istilah-istilah tersebut di bagian akhir buku ini.
Penggunaan istilah dalam bahasa Jawa yang dilakukan oleh Butet tersebut, mengingatkan kita kepada kolom-kolom almarhum Umar Kayam yang dimuat di harian Kedaulatan Rakyat di Yogyakarta. Dalam kolom-kolom tersebut Umar Kayam juga menggunakan istilah-istilah Jawa yang begitu mengena. Dengan istilah-istilah itu justru sendirian, ejekan, ataupun kritik yang dilontarkan menjadi lebih "ciamik" untuk dinikmati.
Catatan lain dari kolom-kolom Butet ini adalah, ia menggunakan "logika terbalik" untuk memaknai masalah-masalah yang ditulis. Hal yang dimaksudkan di sini adalah, apabila sebuah persoalan dipandang serius, seseorang cenderung merseponnya dengan serius pula. Bahkan, sejumlah teori Barat--baik teori politik, ekonomi atau sosial--digunakan untuk memaknai dan mencarikan jalan keluar dari persoalan yang ada.
Namun tidak demikian dengan Butet. Dalam kolom-kolomnya ini, ia justru merseponnya dengan cara yang ringan, sederhana, bahkan cenderung melucu. Persoalan-persoalan yang ada selalu dihampirinya dengan cara yang membuat orang tergelitik. Inilah yang dimaksudkan "logika terbalik". Sesuatu yang tampak serius, ”angker” atau bahkan elit, di kolom-kolom justru diresponnya hanya dengan tertawa. Di sini Butet seperti ingin mengajak pembaca menghampiri setiap masalah dengan cara yang terbalik. Ia seperti ingin berkata, buat apa susah-susah merunyamkan pikiran hanya karena memikirkan persoalan yang sudah terlalu ruwet. Lebih baik hadapi saja dengan senyum. Buat apa mengerutkan dahi karena melihat kesedihan yang terlampau menyedihkan, lebih baik tertawa saja agar kesedihan itu lebih dapat dapat terobati.***

Jumat, 2009 Februari 06

Catatan Perempuan Wartawan di Tengah Konflik Timtim


Judul: Timor Timur, Satu Menit Terakhir
Penulis: CM Rien Kuntari
Penerbit: Mizan Pustaka, Bandung
Cetakan: November 2008
Tebal: 483 halaman

Peristiwa lepasnya Timor Timur (Timtim) dari Indonesia diwarnai berbagai konflik, baik secara politik maupun sosial. Bahkan konflik tersebut berujung pada pertumpahan darah. Hal yang mengusik keingintahuan adalah, bagaimana seorang juru warta harus bersikap di tengah konflik tersebut.


Itulah yang dicoba disampaikan buku ini. Penulisnya, CM Rien Kuntari, tidak hanya mengisahkan berbagai peristiwa yang terjadi di Timtim baik menjelang maupun sesudah jajak pendapat, tetapi juga bagaimana ia sebagai seorang wartawan harus bertindak dan bersikap di tengah pihak-pihak yang sedang bertikai.


Dalam buku ini, Rien menyampaikan banyak pengalamannya selama melakukan tugas jurnalistiknya yang mungkin tidak pernah ia tulis dalam pemberita. Salah satu alasannya adalah untuk meredam konflik ataupun gesekan sosial yang semakin melebar. Sebab, seperti dikisahkan Rien, tulisan dalam media dapat mengubah sikap kelompok-kelompok tertentu di Timtim dalam sekejap. Kemarahan kelompok pro-integrasi dan pro-kemerdekaan dapat terpicu setelah mengetahui tulisan yang dimuat di dalam media.


Bahkan tidak jarang tulisan tersebut dapat memunculkan tuduhan dan "cap" tertentu pada sebuah media, misalnya media yang mendukung integrasi, atau media yang justru mendukung kemerdekaan Timtim. Bahkan, karena hal itu, acap kali wartawan dari media yang bersangkutan menjadi sasaran kemarahan kelompok-kelompok yang bertikai.
Rien misalnya pernah menjadi target kemarahan pasukan milisi. Kelanjutannya, muncul skenario untuk menculik dan "menghabisi" wartawan Kompas (penulis adalah wartawan harian Kompas) tersebut. Menurut informasi yang ia dapat, rencana tersebut dikeluarkan dalam rapat tertutup antara pihak pro-otonomi yang melibatkan pasukan Aitarak dan FPDK (Forum Persatuan Demokrasi dan Keadilan).


Di mata kelompok pro-integrasi Rien merupakan wartawan yang telah melakukan dosa yang tidak terampuni, yakni memberikan berita yang seimbang dalam pemberitaan untuk pihak pro-kemerdekaan. Bahkan kepiawaian Rien dalam menjalin hubungan pihak-pihak pro-kemerdekaan telah memunculkan tuduhan dirinya bukan seorang nasionalis. Hal ini menguat ketika Kompas menurunkan laporan tentang Falintil dan wawancara khusus dengan Taur Matan Ruak dalam tiga halaman penuh pada HUT Falintil ke-24.


Padahal Rien sendiri hanya melakukan profesinya sebagai wartawan secara profesional, yakni tidak memihak pada salah satu kubu yang sedang berseberangan secara kepentingan. Namun di lapangan, seperti di wilayah konflik, kenetralan ini dapat diartikan lain. Dengan begitu, seorang wartawan memang dituntut lebih peka lagi dalam melakukan kegiatannya di wilayah tersebut.
Teror dan intimidasi terhadap wartawan memang hal yang biasa terjadi di Timtim pada masa sekitar jajak pendapat. Salah satu korban yang dicatat oleh Rien adalah wartawan Financial Times biro Jakarta, Robert Thoenes. Menurut Rien, wartawan itu tewas terbunuh dengan sayatan di seluruh bibir dan sebagian wajahnya.


Hal lain yang menarik dari buku ini adalah keterusterangan Rien dalam mengungkapkan fakta yang ditemuinya di Timtim, misalnya saja ia mengisahkan bagaimana kekejaman kaum milisi menghabisi rombongan misonaris yang hendak pergi ke Los Palos dari Baucau. Peristiwa ini terjadi sekitar bulan September 1999. Pada saat itu, sembilan orang tewas dengan menyedihkan, di antara para misionaris terdapat seorang sopir, dua orang pemudi, dan satu orang wartawan.


Rien sendiri mengakui, ketika dirinya menjadi target pembunuhan kaum milisi, ia mengalami ketakutan yang luar biasa. Sebagai manusia biasa, ia juga merasakan kengerian ketika warga Timtim yang sebelumnya tampak ramah, tiba-tiba berbalik menjadi tidak bersahabat dan bahkan menampakkan sikap permusuhan. Bahkan sebelumnya ia juga sempat dihadang moncong pistol yang dihadapkan ke arah kepalanya dari jarak dekat.


Namun, nalurinya sebagai wartawan tidak menyurutkan ia untuk kembali ke Timtim. Ia seperti merasa "gatal" jika hanya memantau perkembangan situasi di Timtim dari Jakarta. Ia merasa harus langsung berada di Timtim untuk melihat apa saja yang sebenarnya terjadi di wilayah itu, ketimbang mengutip dari berbagai media asing dengan berbagai versi.


Itu sebabnya, ketika INTERFET (International Force for East Timor) yang dikomandani Australia memintanya untuk kembali ke Timtim pada pertengahan Oktober 1999, ia langsung menyambutnya. Apalagi hal ini didukung oleh atasan Rien di harian tempatnya bekerja.
Mengenai hal ini, Rien menuliskan, bahwa pada akhirnya INTERFET membutuhkan media juga untuk mengimbangi pemberitaan negatif mengenai Australia. Padahal sebelumnya wartawan Indonesia betul-betul mengalami perlakuan diskriminasi dari pasukan tersebut.


Memang, persoalan Timtim tidak lepas dari persoalan hubungan antara Australia dan Indonesia. Sejak pasukan INTERFET tiba di Indonesia, hubungan kedua negara ini selalu memanas. Hal ini tidak lepas dari sikap Australia yang arogan terhadap Indonesia. Hal ini bahkan menyulut protes dari Indonesia.


Salah satu kasus yang memicu ketegangan antara Indonesia dan Australia adalah operasi rahasia yang dilakukan oleh Australia di wilayah Timtim. Meskipun hal ini diprotes oleh pihak TNI, namun pihak Australia tetap tidak ambil pusing. Pada perkembangan berikutnya, aksi Australia ini mengundang kemarahan sejumlah negara, termasuk Amerika. Kemarahan Amerika tersebut dipicu oleh keengganan Australia untuk membagi hasil dari operasi rahasia tersebut.


Hal lain yang menarik dalam buku ini adalah bagaimana sebagai seorang wartawan Rien memiliki tanggung jawab yang tidak sekadar menuliskan berita secara netral tetapi berpikir dengan spektrum ataupun kepentingan yang luas. Misalnya saja ketika ia menghadiri homili Uskup Mgr Filipe Ximenes Belo, SDB pada misa penutupan bulan Oktober, atau bulan devosi kepada Bunda Maria.


Dalam khotbahnya ketika itu, uskup justru menjelek-jelekkan Indonesia. Bahkan secara terang-terangan ia menyerang kaum milisi dengan menyatakan kaum milisi harus "mencuci tangan yang berlumuran darah", dan menebus dosa yang telah diperbuatnya secara setimpal.
Khotbah tersebut disampaikan secara berapi-api seakan tidak satupun kebaikan di pihak Indonesia. Padahal ketika kekacauan di Timtim memuncak justru dialah yang lari meninggalkan umatnya di Timtim, dan misionaris Indonesialah yang tetap berada di Timtim.


Isi khotbah tersebut membuat Rien bertanya-tanya, apakah benar ia tengah mendengar khotbah dari seorang penerima Nobel Perdamaian? Jika menuruti keinginan hati, mungkin Rien ingin menuliskan apa yang didengarnya itu ke dalam berita. Namun pada saat itu ia teringat kepada Xanana, Taur Matan Ruak, dan Falur Rate Laec. Ketiga tokoh Timtim yang tidak pernah lepas dari senjata itu justru selalu meniupkan angin perdamaian, rekonsiliasi dan perdamaian.
Akhirnya, Rien memilih memihak kepada Xanana dan kawan-kawannya. Ketimbang menuliskan berita yang berisi ucapan menyakitkan dari sang uskup yang mungkin akan menyulut gesekan yang lebih luas, baik ia menuliskan berita yang lebih menyejukkan setiap pihak. Sebab dengan begitu perdamaian di Timtim akan lebih mudah terwujud.


Secara garis besar, dalam buku ini dapat dilihat bagaimana seorang wartawan menjalankan tugasnya. Wartawan tidak hanya dituntut untuk memiliki kepiawaian dalam menjalankan profesinya, serta keberanian dalam menghadapi situasi yang paling ekstrem, tetapi juga mempunyai hati untuk menentukan keutamaan. Virtus in medio, keutamaan itu ada di tengah.****
Heboh! Ular Sepanjang 100 Kaki(30 meter) di Kalimantan

eboh! Gambar Ular Sepanjang 100 Kaki di Kalimantan Penduduk desa yang tinggal di sepanjang sungai Baleh di Borneo (Kalimantan) merasa yakin bahwa makhluk mitos yang disebut Nabau berkepala naga dan memiliki tujuh lubang hidung dengan panjang 100 kaki telah kembali ke sungai tersebut.

Mengutip Daily Mail, Kamis (19/2) ketakutan warga akan hal itu berdasarkan sejumlah foto yang menampilkan keberadaan ular raksasa yang tengah berenang di sepanjang aliran sungai. Foto-foto tersebut diabadikan oleh seorang anggota tim monitoring bencana banjir saat berada di sebuah helikopter. Keaslian akan foto-foto tersebut telah menjadi perdebatan yang hangat.

Bahkan suratkabar di Kuala Lumpur, New Straits Times meminta para pembaca agar memutuskan sendiri keaslian foto-foto tersebut. Saat ditunjukkan foto-foto itu, sejumlah warga desa mengklaim pernah melihatnya dan kata mereka itu adalah monster Nabau, seekor monster laut purba yang menurut kepercayaan mereka berubah wujud menjadi berbagai jenis hewan.

Mengerikannnnnn

Mengerikannnnnn

Sejumlah orang yang dimintai tanggapannya menepis dugaan bahwa ular itu adalah sebatang balok kayu. “Balok kayu tidak akan bisa meliuk seperti itu, ” ujar seorang warga. Sementara itu, ada yang beranggapan foto-foto tersebut adalah hasil rekayasa komputer. Yang lainnya menilai itu adalah sisi dalam sungai Baleh yang bewarna cokelat keruh. Apapun tanggapan mereka, penduduk desa merasa yakin bahwa benda yang ada di dalam foto itu meliuk mengikuti aliran sungai.

Sebelumnya di awal tahun ini, para ilmuwan telah menemukan fosil seekor ular besar yang mampu menelan bus (Baca Fenomena Harian Global Edisi Sabtu 14/2) dan blog saya temuan fosil ular raksasa. Monster sepanjang 45 kaki yang diberinama Titanoboa itu sangat besar dengan berat 1,25 ton di hutan tropis Amerika Selatan 60 juta tahun silam, persisnya 5 juta tahun pasca punahnya dinosaurus.

Sabtu, 10 Oktober 2009

Tips pacaran tanpa seks

Mereka menganggap, pacaran tanpa seks itu nggak seru. Seperti kopi tanpa gula. What? Segitu pentingkah? Aku cuma bisa geleng-geleng kepala aja dengernya. Bahkan ada yang bilang klo lakuin itu seminggu terakhir ini dua kali, bersama 2 cewek yang berbeda. Pengakuan terakhir ini yang bikin aku kaget setengah mati. :-O

Apa yang aku pikirkan?

Aku lantas berpikir, hal ini terjadi di kalanganku sendiri, yang cuma 7-8 orang. Apa di luar sana keadaannya sama? Jangan-jangan budaya ‘timur’ kita yang menganggap hubungan seks adalah hal yang sakral dan hanya boleh dilakukan dalam ikatan pernikahan sudah berganti menjadi budaya ‘binatang’ (aku lebih suka menyebutnya budaya binatang, daripada budaya barat) yang membolehkan hubungan seks asalkan didasari suka sama suka? Oh my god, mo jadi apa bangsa ini? Tanpa budaya seks bebas saja bangsa ini sudah banyak masalah. Pasti tambah banyak nih masalah sosial yang timbul gara-gara budaya sialan ini.

Kenapa sih ngurusin orang lain? Lagi stress karena jomblo?

Hmmm…ini bukan karena aku lagi jomblo, trus kritik-kritik orang lain yang punya pacar. Sekali lagi bukan. Ini semua karena aku prihatin dengan maraknya seks bebas di sekitarku. Dan kebetulan aku termasuk korban. :D Inget, yang aku nggak suka tuh seks bebasnya, bukan pacarannya. Pacaran sih oke-oke aja selama nggak melibatkan syahwat. :p Agree?

Tips-tips sukses terhindar dengan seks dalam pacaran.

Tips ini datang dari diriku sendiri. So far, aku berhasil menghindari hal-hal yang ‘diinginkan’ tersebut. Tips ini untuk semua gender.

1. Hilangkan pikiran-pikiran negatif, terutama yang berkaitan dengan ‘hal itu’. Ingat, semua tindakan itu berawal dari niat dan niat itu ada di hati dan pikiran kita. So, clean it up at first.
2. Jauhkan diri dari materi berbau pornografi. Klo nggak bisa, ya kurangi, jangan terlalu akrab. Aku nggak munafik, nggak menyangkal klo aku berkali-kali lihat film or gambar porno (biasa kan cowok :p ). Tapi semua pas aku iseng, browsing koleksi file temen. Aku nggak pernah secara eksklusif browsing untuk cari materi itu. Ini ada hubungannya dengan tips nomer 1. Silahkan diartikan sendiri maksud aku.
3. Hindari berduaan di tempat yang sepi dan untouchable oleh orang lain, misal kamar tidur, hotel, dll. Klo mo ke tempat wisata, pilih tempat ngobrol berduaan yang bisa dijangkau pandangan mata orang lain. Sehingga kontrol diri bisa maksimal karena merasa diawasi. Selama ini, aku lebih sering pacaran di tempat-tempat yang ramai, macam mall or kafe.
4. Minimalisir kontak anggota badan pada saat berduaan seperti meraba, ciuman, dll. Ciuman adalah yang paling sulit dihindari. Biasanya bagian ini dominan cowok yang memulai. Tapi jika tips 1, 2 dan 3 dah dijalankan, mudah kok melakukan tips ke-4 ini.
5. Nggak usah pacaran. :D Ini nggak recommended loh. Dan sebenarnya nggak ada hubungannya sama sekali dengan tips-tips ini.